17 Mei 2013

Mengkritisi Pemikiran Kritis

Tidak ada komentar:

Barusan ada seorang temanku, Mr. AGRK (inisial teman sekantor, kalau yang baca blog ini teman sekantorku pasti ketebak langsung tuh inisial). Menyuarakan pendapatnya mengenai suatu permasalahan  secara vokal, lengkap dengan solusi dan perbandingan serta konsekuensi jika ide-nya tersebut tidak diterapkan dihadapan Mr. AA temanku yang lain yang in-charged untuk masalah tersebut. Dialogue tersebut berlangsung di ruangan kerjaku, dan permasalahan yang diperbincangkan tersebut sebut saja temanya  : " Dilema pindah nya uni Yanti" (huallah, sinetron banget temanya ><!).

Sedikit bercerita mengenai masalah Uni Yanti, para rekan-rekan sekantor menyuarakan keadilan untuk Uni Yanti, mereka berpendapat bahwa Uni Yanti ( salah seorang tukang masak untuk mess staff)  yang baru saja pindah ke sebuah ruangan yang dijadikannya "kamar", dan dahulunya itu adalah gudang harusnya dipindahkan ke tempat yang lebih baik karena ruangan tersebut memang tidak layak huni. Mereka juga menyuarakan alternatif lain,yaitu new comer yang menyebabkan Uni Yanti tergusur ke ruang yang tidak layak huni tersebut dipindahkan ketempat lain saja. 

Aku salut sama-teman yang sosial-nya tinggi banget. Aku juga akan berbuat sesuatu untuk uni Yanti. Semoga nanti dia mendapat keadilan. 

Well,
terlepas dari issue Uni Yanti tersebut. Aku justru berminat menilai bagaimana cara penyampaian, pola pikir. dan ide yang disampaikan Mr. AGRK tadi, dialogue dua arah yang berlangsung dihadapanku itu sedikit banyaknya memberi otakku kesempatan untuk menilai Mr. AGRK karena satu hal menarik yang disampaikan kepadaku sebelum dialogue itu berlangsung adalah bahwasanya Dia adalah orang yang "to the point", dan meminjam istilah Dia lagi, dia kalau bicara langsung lurus aja 10 km tanpa berbelok-belok straight to the target dan mengkritisi cara penyampaian sebagian yang lain yang belok-belok dulu sampai 70 km baru ngasih ide.
Emang ada alat pengukur pola penyampaian bicara seseorang? bener ga tuh ? dia orangnya to the point?
Saudara-Saudara...
Mari kita nilai..
kan dari penilaian nanti Kan aku bisa belajar juga?

well
seusai pembicaraan berikut hasil penilaian Aku...;

1. Dia bicaranya pake Point, poin 1 dan poin 2 berarti sistematis.
2. Dia bicaranya pake gesture and tatap mata Mr. AA, berarti menguasai audience.
3. Dia come up dengan ide dulu, baru kemudian elaborasi. good.
4. Ada beberapa penekanan yang dijelaskan dengan memberikan fakta yang ada. cool.

Pas Dia mau balik ke habitatnya ups ruangan nya, dia nanya, " 10 km Kan?"

Aku cuman senyum dan dalam hati bilang, " Iya, keren"
(eh, kalau dalam hati nulisnya ga pake tanda kutip kan yah..? ah, udah ketulis.

kesimpulannya;
dia orangnya pinter and kritis dan bisa menyampaikan pemikiran dengan teratur dan menarik.
Aku ga akan mau kalah..
Fighting.....!!!


Rekomendasi:
Ada yang berminta kepada teman Saya yang satu ini? ^^






14 Mei 2013

Top Words of These 2 Months

Tidak ada komentar:

Oke, Orang-orang di sekelilingku belakangan ini (semakin ramai belakangan ini) mendengung-kan, mempertanyakan, membahas, merisaukan mengenai satu topik, yang jika disari-kan ke dalam satu kata, adalah "nikah".

Kapan Aku nikah"?

Well,,,
Aku sendiri bisa mempersepsikan kata-kata itu ditujukan kepadaku sebagai;
nasehat
sindiran
pengingat
perhatian
Tapi sayangnya,,,
Kesemuanya itu, belum mempan menembus selubung pemikiranku..
Aku mengaku bahwa untuk urusan yang satu itu,
Aku belum berusaha maksimal,
belum memikirkan dengan serius..,
Kalaulah bukan angka 25 yang terlihat sangat tidak meng-enak-kan
bagi kaun hawa yang masih single (belum married) pada usia tersebut
kalaulah bukan karena membayangkan hati Ibu ku yang diam-diam menghiba karena melihat
bayi tetangga dan teringat akan Aku dan merisaukan kapan aku married (seandainya),
kalaulah bukan karena membayangkan senyum di wajah Ibu dan Ayah ku ketika menggendong anakku nantinya
Pasti Aku tetap akan tetap seperti ini menjalani siklus hidupku..
Tanpa rasa bersalah, tanpa merasa kurang lengkap, yanpa rasa beban, tanpa rasa mendamba..

Well,,
Dalam suatu hal yang ingik kukerjakan  biasanya Aku aku harus berusaha dulu sampai mati
baru kemudian baru bertawakal kepada Tuhan...
selalu begitu dalam hidupku Insya Allah,,
untuk urusan yang satu ini...
Karena sesuatu dan lain hal..
Aku menutup diri,
memicingkan mata,
menutup telika ku rapat-rapat
dan memasrahkan semuanya kepada Tuhan...
Tidak logis memang..
Tapi bukan kah Tuhan Itu sebaik-baik penolong...??

ketidak mau tahu-an ku mengenai upaya mencari jodoh
 bukan karena kesombongan ku yang menginginkan calon yang sempurna,
atau bukan disebabkan karena sifat preventif ku yang menuntut ku
selektif dalam memilih bukan juga karena karena banyak berpikir...
tapi lebih ketidak berdayaanku dan ketidak beranianku untuk mencari..

>< melankolis bangeet.....
Menanti sebuah reaksi
 Seperti  sebuah chermistry yang bereaksi,
seperti Loncatan neutron di langit ketika hujan petir,
 loncatan kecil saja, tapi bisa menimbulkan ledakkan petir dan guruh yang mengguncangkan semesta raya.
aksi kecil, dengan reaksi Super besar
Layak untuk dinanti kan? koneksi yang terjalin memalui tahap reaksi seperti itu?

Well
pada umur 25 tahun dengan backround 25 tahun single atas kemauan sendiri sedikit banyaknya
mempengaruhi proses pencarian ku saat ini..


Well...
Just wait and see
kemana nantinya Akhir cerita ini..

Well..
hmmm sepertinya tidaka ada yang mau kusampaikan lagi...


####






7 Mei 2013

Believe or Not

Tidak ada komentar:


Aku pernah baca salah satu web yang membahas tentang politik kantor. Tag line yang disebutkan di sana adalah " office politic when everybody playing the game" . Membacanya, Aku jadi teringat suasana di kantor Ku sendiri. Aku yg masih freshgraduated dan tipe plegmatis pula, memandang kehidupan kantorku seperti suatu labirin yang didalamnya rumit dan akhirnya terbuka lapis demi lapis " kebenaran" yang sedang berlaku. apa yang berlangsung didalamnya lebih dari sekedar yang nampak di permukaan. Kadang seperti sebuah pola yang memang dirancang untuk tidak searah, sejalur, seimbang semua. pola yang dibuat terkadang sengaja berbenturan dan mau tidak mau perbenturan itu harus dijalani dalam sebuah kata yang dinamai " profesionalityas kerja".

any comment?